.

Sabtu, 15 Desember 2012

Game Panjat Pinang


Game Panjat Pinang yang dikembangkan oleh AMIKOM Game Dev (AGD), STMIK AMIKOM Yogyakarta mendapat sambutan luar biasa dari para pencinta game online. Buktinya, meski baru diluncurkan pertengahan Agustus lalu, permainan itu sudah diunduh lebih dari 100 ribu kali.

Game yang bertemakan salah satu lomba 17 Agustus-an tersebut masuk dalam trending apps Google Play. Bahkan, game yang berbasis Android itu menduduki peringat pertama dalam top new free games Google Play dan news apps, serta peringkat tujuh top free apps.

Programmer game Panjat Pinang AGD STMIK AMIKOM Pratama Nurwijaya berkata, game sederhana ini mendapat review positif dari para pengunjung Google Play. Dari 956 pengunjung yang memberikan review, 63,8 persen di antaranya memberikan rating bintang lima dan secara keseluruhan mendapat rating 4,2 dari total nilai lima.

“Prestasi ini merupakan kebanggaan bagi AMIKOM Game Dev. Apalagi yang membuat game ini para mahasiswa yang baru pertama kali mengerjakan permainan untuk sistem operasi Android. Keberhasilan ini akan semakin memotivasi kami mengembangkan game lain yang tidak hanya menghibur pengguna, tapi juga mengenalkan budaya Indonesia kepada dunia,” ungkapnya kemarin.

AGD merupakan komunitas game yang berdomisili di AMIKOM. Anggotanya memiliki ketertarikan khusus di bidang pengembangan game. Komunitas ini berdiri pada 20 Januari lalu dan hingga Agustus ini sudah menghasilkan dua game. Selain Panjat Pinang, sebelumnya ada game Jumping Granny. AGD saat ini sedang melakukan pembuatan game lainnya dan rencananya dirilis Oktober mendatang.

“Kami berharap AGD tetap fokus pada kualitas, skill, serta mampu menghasilkan game yang dikenal oleh dunia,” kata Ketua AGD STMIK AMIKOM Yogyakarta Agus Tri Hariyanto. (priyo setyawan/koran si)(//rfa)

Sumber: Okezone

Satelit Produksi Indonesia LAPN A2


Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) berhasil menyelesaikan Satelit Lapan A2 yang merupakan suksesor dari Satelit Lapan Tubsat. Jika sebelumnya pembangunan Lapan Tubsat dilakukan di Technische Universitat Berlin, Jerman, maka untuk penggarapan Lapan A2 sepenuhnya dilakukan di Pusat Teknologi Satelit Lapan di Rancabungur, Bogor, Jawa Barat.

“Pokoknya Lapan A2 100 persen buatan dalam negeri, proses pengerjaan sudah rampung dan rencananya sama seperti pendahulunya satelit ini akan kita luncurkan menggunakan roket dari Sriharikota, India,” ujar Suharmanto, Kepala Pusat Teknologi Satelit Lapan ketika di temui di Pusat Teknologi Satelit Lapan di Rancabungur, Bogor, Jawa Barat, Jumat (30/8/2012).

Menurut Suharmanto, Lapan A2 memiliki keunggulan sensor dibanding Lapan Tubsat. Hal ini dapat dilihat bagaimana Lapan A2 memiliki tiga fungsi yaitu pengamatan bumi, pemantauan kapal, dan komunikasi radio amatir. Satelit dengan sensor Automatic Identification System (AIS) ini dipercaya dapat melakukan identifikasi terhadap kapal yang akan melintasi wilayah jangkauan Lapan A2.

“Harapan kami Lapan A2 dapat menjadi solusi untuk melakukan pemantauan lalu lintas wilayah laut Indonesia,” kata Suharmanto.

Satelit dengan bobot 78 kilogram ini akan melintasi wilayah Indonesia secara diagonal sebanyak 14 kali sehari, dengan kisaran 20 menit perputarannya. Pada orbit AIS, Lapan A2 memiliki radius deteksi lebih dari 100 km dan mempunyai kemampuan untuk menerima sinyal dari maksimum 2000 kapal dalam satu daerah cakupan.

Lapan A2 yang akan mengorbit secara ekuatorial nantinya akan menjadi satelit pemantauan bumi pertama di dunia yang memiliki orbit ekuatorial. “Meskipun Indonesia masih merupakan pendatang baru di teknologi antariksa, namun adanya Lapan A2 seperti menjadi awal baru perkembangan dunia satelit di Indonesia,” ucap Suharmanto.

Sumber: Kompas