.

Selasa, 17 Januari 2012

Film Serial Animasi “Historia Kelana” Karya Putra Cimahi Segera Ditayangkan TV

Film serial animasi berjudul Historia Kelana, hasil karya putra-putra Kota Cimahi akan segera ditayangkan di sejumlah stasiun tv dan ikut meramaikan siaran tv kartun yang selama ini dikuasai produk-produk luar negeri seperti Jepang, AS hingga Malaysia.
“Film ini sudah tersedia dalam 13 episode. Rencananya Kamis besok akan ditayangkan di Global TV. Berikutnya akan menyusul RCTI, MNC TV dan TVRI ikut menayangkan,” kata Ketua Cimahi Creative Association Rudy Suteja seusai Apresiasi Inovasi Indonesia 2011 yang digelar Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) bersama sejumlah kementerian lain di Jakarta, kemarin.
PT Baros Creative Partner yang dipimpinnya baru saja mendapat penghargaan di subkategori Wirausaha Baru pada kategori Technopreneurship Awards atas prestasinya berjuang mendirikan studio animasi dan mengembangkan karya-karya animasi.
Historia Kelana, urainya, berkisah tentang sejarah nusantara, dari mulai masuknya Hindu, masuknya Islam, era penjajahan hingga kemerdekaan yang durasi setiap serialnya sepanjang 24 menit.
Rudy Suteja mengakui, film animasi ini bisa ditayangkan di tv nasional berkat perhatian dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang membiayai operasional produksi film tersebut hingga membiayai jam tayang.
Sebelumnya Baros hanya memiliki sumber daya manusia, namun kemudian Kementerian Perindustrian, Kementerian Ristek dan Pemerintah Kota Cimahi membantu berbagai fasilitas peralatan untuk pembuatan film animasi.
Sebelumnya ia mengaku sedih saat ini tv-tv nasional hanya menayangkan produk-produk animasi asing, sementara produk animasi dalam negeri sulit mendapat tempat sehingga sulit berkembang.
Menurut dia penyebabnya adalah ketidakseimbangan antara biaya produksi yang harus dikeluarkan produsen animasi dalam negeri misalnya Rp70 juta, sementara stasiun tv hanya mau membayar Rp15 juta.
Ia menegaskan, produsen animasi Indonesia sebenarnya sudah mampu membuat banyak film animasi yang tak kalah kreatif dengan animasi dari luar negeri, namun karena berbagai hambatan mereka akhirnya menjual produknya di luar negeri, itupun dalam bentuk pesanan.
“Singapura misalnya, memesan produk animasi kami dengan harga murah, lalu Singapura menjualnya ke AS dengan harga yang sudah berlipat-lipat kali,” katanya.
(D009/A011)
Sumber: ANT

0 komentar:

Posting Komentar